
Belajar Mengaji, Mengapa Harus Bayar?
Pertanyaan seperti “Belajar ngaji kok bayar?” sering muncul, terutama seiring semakin banyaknya lembaga tahfidz di Indonesia. Saat ini, rumah tahfidz bukan hanya ada di kota besar, tetapi juga merambah ke desa-desa. Seharusnya kita justru bersyukur dan mengucapkan Alhamdulillah.
Kalau kita bandingkan dengan zaman nenek moyang, belajar mengaji dulu bukan perkara mudah. Anak-anak harus menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki, melalui medan yang berat, hingga baju mereka basah oleh keringat. Belum lagi karena listrik belum tersedia, mereka harus membawa obor sendiri. Kini, semua itu tinggal kenangan.
Saat ini, para orang tua semakin sadar pentingnya pendidikan mengaji bagi anak-anak. Banyak yang berharap anaknya kelak menjadi hafiz atau hafizah. Sayangnya, tidak semua orang tua mau mendukungnya secara finansial. Akibatnya, beberapa anak hanya belajar membaca Al-Quran seadanya, tanpa ilmu tajwid. Padahal, ilmu tajwid sangat penting.
Membaca Al-Quran tanpa memperhatikan tajwid berarti kita berisiko salah memahami maknanya. Sebaliknya, dengan menguasai tajwid, InsyaAllah bacaan kita menjadi benar dan bermakna. Di rumah tahfidz, anak-anak tidak hanya belajar menghafal, tetapi juga ditahsin, sehingga bacaan mereka terdengar tertib dan indah.
Pertanyaannya: mengapa kita enggan mengeluarkan sedikit uang untuk pendidikan agama anak, yang manfaatnya tidak hanya duniawi tapi juga ukhrawi?
Perlu ditegaskan, ini bukan ajakan memaksa anak masuk rumah tahfidz tertentu. Belajar mengaji bisa di mana saja, tetapi sebagai orang tua, kita tentu ingin memberikan tempat terbaik untuk anak.
Di beberapa kota, pemerintah bahkan menyediakan rumah tahfidz gratis. Jadi, tidak ada alasan menunda untuk memberikan pendidikan Al-Quran bagi anak-anak.
Ironisnya, banyak orang tua dengan ringan mengeluarkan uang untuk les tambahan atau kursus lain demi prestasi anak, padahal itu sering kali bukan kemauan anak, melainkan obsesi orang tua. Mengapa pendidikan agama yang mendasar, yang akan menjadi bekal anak di dunia dan akhirat, justru dipertimbangkan secara ketat?
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, akan dipakaikan mahkota cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti matahari. Kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah kemuliaan yang tidak pernah mereka rasakan di dunia. Mereka bertanya: ‘Mengapa kami diberi jubah ini?’ Dijawab: ‘Karena kalian mendorong anak kalian untuk belajar Al-Quran.’” (HR. Al Hakim)
Jika anak tidak sampai menjadi hafiz/hafizah sekalipun, InsyaAllah ia akan berkata kelak di akhirat:
“Aku belajar Al-Quran karena dorongan orang tuaku. Bawalah mereka ke surga bersamaku.”
Semoga setiap anak yang belajar dan menghafal Al-Quran dipermudah jalannya oleh Allah. Aamiin.