
Dari Buku Catatan ke Aplikasi Canggih: Transformasi Keuangan di Sdit Khoiro Ummah
Perjalanan panjang pengelolaan keuangan di sekolah kami bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam. Sebagai kepala sekolah, saya menyaksikan sendiri bagaimana sistem keuangan berkembang — dari yang serba manual hingga kini bertransformasi menjadi digital dengan dukungan aplikasi keuangan berbasis web.
Dulu, ketika jumlah siswa di sekolah kami masih sedikit, hampir semua urusan keuangan dilakukan secara manual. Bendahara masih menggunakan buku tulis dan lembar kerja Excel untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran sekolah.
Saat itu, sumber utama keuangan untuk menggaji guru hanyalah dari iuran SPP siswa. Setiap kali waktu gajian guru tiba, saya harus memutar otak agar gaji bisa tetap dibayarkan tepat waktu. Seringkali uang yang terkumpul dari alokasi SPP (Untuk gaji guru) hanya Rp. 6-8 juta, sedangkan kebutuhan gaji guru pada saat itu mencapai Rp. 12 juta-an. Dalam situasi seperti itu, saya harus mencari jalan keluar — mulai dari memanfaatkan uang diskon pengadaan buku hingga mencari donasi tambahan untuk menutupi kekurangan (Jika uang buku tidak mencukupi).
Kondisi ini berlangsung cukup lama. Namun, semangat untuk menjaga keberlangsungan sekolah membuat kami terus bertahan dan berinovasi.
Perubahan besar mulai terasa ketika sekolah akhirnya mendapatkan akses ke dana BOS. Dengan adanya dana tersebut, beban keuangan untuk menggaji guru menjadi jauh lebih ringan. Jika sebelumnya sering harus mencari uang tambahan, kini uang SPP dan dana BOS sudah cukup untuk menggaji guru. Dan diskon buku sekarang dikelola oleh bagian koperasi sekolah.
Sejak saat itu, keuangan sekolah perlahan mulai stabil. Kami bisa lebih fokus pada peningkatan mutu pembelajaran dan pelayanan terhadap siswa.
Seiring bertambahnya jumlah siswa dan meningkatnya kompleksitas pengelolaan keuangan, saya menyadari bahwa sistem manual sudah tidak efektif lagi. Maka, saya memutuskan untuk beralih ke sistem digital dengan menggunakan aplikasi keuangan sekolah berbasis web.
Awalnya kami menyewa sistem keuangan sekolah pada pihak ketiga. Biaya sewa dihitung per siswa dan jatuhnya jadi mahal banget (Kisaran 8-10jt/tahun). Setelah itu saya putus dan berniat akan bikin aplikasi sendiri.
Saya memutuskan untuk menyewa hosting tahunan sekitar Rp. 1 juta per tahun, yang digunakan untuk berbagai kebutuhan digital seperti website sekolah, absensi guru, sistem CBT, dan tentu saja aplikasi keuangan.
Saya membeli source code aplikasi keuangan berbasis PHP versi 5.6, lalu saya utak-atik sendiri agar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Alhamdulillah, aplikasi tersebut berjalan lancar dan sangat membantu pengelolaan keuangan kami.
Kini, setiap transaksi tercatat otomatis dan perhitungannya sangat detail. Tidak ada lagi kekhawatiran soal catatan keuangan yang tercecer atau salah hitung.
Salah satu fitur unggulan dari aplikasi ini adalah akses online bagi wali murid. Mereka bisa login ke aplikasi di spp.sdit.my.id untuk melihat tagihan dan riwayat pembayaran anaknya.
Setiap kali melakukan pembayaran, wali murid akan menerima notifikasi otomatis melalui WhatsApp, sehingga komunikasi dan transparansi antara sekolah dan orang tua semakin baik.
Dari pengalaman panjang ini, saya belajar bahwa pengelolaan keuangan sekolah yang baik tidak hanya soal ketelitian, tapi juga tentang bagaimana memanfaatkan teknologi.
Dulu, kami bergelut dengan catatan manual dan kekhawatiran tiap akhir bulan. Kini, semua bisa diakses dengan mudah, cepat, dan transparan.
Bagi anda yang ingin saya installkan aplikasi keuangan, bisa hubungi saya di :